Meraki | She’s Dreaming
Malam ini aku memimpikanmu, lagi. Mimpi itu terasa begitu nyata. Kau berjalan ke arahku seperti dahulu, menanyakan kabarku, menceritakan tentang dirimu, hal apa yang telah kau lewati, dan aku seperti biasa, mendengarkannya.
Cerita-ceritamu membuatku merasa bahwa aku berharga, bahwa aku diinginkan.
Ya, aneh memang.
Tapi itulah yang kurasakan.
Ada hal-hal menarik dalam ceritamu, kau tahu apa itu?. Kebohongan kecil yang kau selipkan di setiap ceritamu, atau kesombongan kecilmu, aku tahu itu.
Tapi tenang saja aku hanya akan menyimpannya sendiri
Karena mimpi itu, aku mengingatmu kembali. Hal sederhana yang kau buat, ya, aku menikmatinya sekarang.
Kau ingat saat kau menaruh jaketmu di bahu-ku?. Saat itu aku hanya memandang aneh terhadapmu, kau pun demikian hanya melihatku, dan tanpa ada kata apapun kau meletakkannya kembali ke tempat yang seharusnya--sandaran kursi yg sedang ku duduki--.
Entah siapa yang salah saat itu, ntah aku yang terlalu cuek tentang perasaaanmu, atau kau yang terlalu hebat dalam menyembunyikannya, atau mungkin waktu yang salah.
Saat kau mulai menjauhiku, rasanya ada yang hilang. Aku bukanlah orang yang mudah bersosialisasi, di lingkungan baru itu kau datang padaku sebagai seorang teman dan aku bersyukur atas itu.
Sosokmu adalah orang yang tak pernah kutemui sebelumnya, kau mengulurkan tanganmu padaku terlebih dahulu dan tanpa sadar aku sudah menggenggam tanganmu.
Aku sangat bahagia saat itu, terlebih lagi aku sedang mencintai seseorang. Dan mungkin itu sebabnya aku tak tahu tentang perasaanmu, yang kupedulikan saat itu hanyalah perasaanku.
Berulang kali aku menanyakan pada diriku sendiri kenapa kau tiba-tiba menjauh, namun jawabannya hanyalah lembar kosong yang bahkan tak tercoret sedikitpun.
Seseorang pernah memberitahuku bahwa "kau sedang mencintai seseorang saat ini, dan di saat ini juga, seseorang sedang berusaha mendekati hatimu, tapi kau tak menyadarinya", kau menjauhiku setelah aku diberitahu hal ini.
Apakah orang yang sedang mendekatkan diri padaku adalah kau?
Aku terus menyangkal pertanyaan yang aku buat sendiri. Rasanya sulit saat itu, untuk mengakui bahwa mungkin saja seseorang itu memang benar kau.
Aku hanya ingin kau tetap menjadi temanku, menjadi kakakku.
Aku sering memimpikanmu, rasanya menyakitkan. Kita yang dulu dekat, kau yang selalu cerita padaku, sekejap menghilang lalu tak pernah nampak lagi.
Bukan dirimu tapi sosokmu.
Sosokmu berubah menjadi orang asing, bahkan menyapa pun rasanya sulit.
Kita berlaku seperti tak pernah mengenali satu sama lain, padahal kita tahu bahwa orang itu-kau dan aku pernah saling mengenal, berbagi cerita, dan berbagi kebahagiaan.
Cinta dalam diammu membuatku menyesal, karena aku tidak menyadarinya saat itu terjadi. Aku menyadarinya saat semuanya telah berlalu, jika saat itu aku menyakiti hatimu maafkan aku.
Terimakasih telah mencintaiku dengan cara yang berbeda.
Semoga kita bisa tetap menjadi teman, dan semoga kita bisa saling melupakan kenangan yang tak harus diingat.
Oh ya, aku ingin menceritakan ini padamu, saat kau menjauhiku ada yang aneh dengan hatiku, aku merasa kau tiba-tiba menjadi orang yang berharga dalam hidupku.
Kau membuatku merasa dihargai, dianggap, dan dipedulikan di lingkungan baru itu. Tapi beberapa bulan kemudian, hal itu menghilang.
Setelah bermimpi tentangmu, setiap pagi datang aku akan bangun seakan tidak pernah terjadi apa-apa dalam tidurku.
Dan saat melihatmu di kehidupan nyata, rasanya sangat berbeda dengan mimpiku.
Kita sama-sama saling tak peduli lagi, kau tak peduli terhadapku terlebih dahulu, dan aku juga mengikuti setelahnya--tak peduli terhadapmu.
Ya, aku memang belum sepenuhnya tidak peduli lagi, tapi aku akan berusaha untuk tak peduli karena ini adalah hal yang baik untukku--mungkin juga untukmu.
Komentar
Posting Komentar